About Me :)

Foto saya
Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia
enthusiastic planner idealist observer adabtable easy going perfectionist melancholic

Jumat, 08 Desember 2017

Coba Jadi Aku, Aku Jadi Dia

Curhatan berikut ini terinspirasi dari seorang teman yang pernah membuatku senyum-senyum sendiri tapi juga meringis karena jijik. Hahahaha.

You guys pasti setuju denganku soal yang satu ini: college life changes you a lot, significantly.
Yep. Karena fase mana saja dalam hidup kita tentu saja mengubah kita kan. Entah dari sisi apa saja. Untuk kuliah, dampaknya berbeda. Aku paham kalau tidak semua hal bisa digeneralisasikan, tapi help me guys by admit that perubahan yang kita alami di bangku perkuliahan itu "kind of unexplainable"?
Aku sendiri, ngerasa college life-ku naik turun. Which is ngga begitu baik dalam pandangan secara umum karena katanya manusia harus punya grafik menanjak dalam menjalani hidup kan?

Semester pertama. Membenci Padang dengan sangat, menganggap diri terdampar di tampat yang tidak seharusnya. culture shock, merasa senior itu semena-mena (hahahaha), memupuk niat untuk jadi manusia paling apatis dengan menyelesaikan kuliah secepat mungkin tanpa bersosialisasi (ya, aku juga bingung apa aku ini extrovert jadi-jadian), berniat tidak ikut kegiatan orientasi apapun, tidak peduli mau punya teman atau tidak karena menganggap teman di kos-kosan sudah lebih dari cukup. YA TUHAN kalau aku terusin aku sendiri yang bakal eneg, jadi sekian aja bocorannya.
Intinya, college life-ku diawali dengan "hidup segan mati tak mau". Aku pengen ketawa abis nulis ini. Aku masuk kuliah itu Agustus, YOU KNOW WHAT Septembernya aku sudah daftar organisasi, dong. Yang lingkupnya seuniversitas, pula. So much for tidak bersosialisasi (emoticon yang asap keluar dari idung). Singkat cerita aku diterima kan, terus ternyata organisasinya seru abis, FYI namanya AIESEC, kalau ngga tahu browsing aja (wuahah teteuuuup). Terus aku jadinya ikutan acara camping jurusanku ya semacam ospek juga namanya COFFEE (Communication Fun Family Everlasting Event) gela yaa namanya beraaat..beraaat. Aku join himpunan jurusanku di tahun kedua, tidak perlu dijelaskan lah yaa karena rata-rata kampus di Indonesia punya himpunan. 
Singkat cerita lagi, aku end up cukup aktif di kampus, sampai Ayahku pernah marah karena katanya anak gadisnya ngga pulang-pulang. Ya benar, itu memang Ayahku saja yang lebay, maklum aku anak pertama. Perempuan, pula! (eww seksis bitch, shut up) hahaha.
Jadi, yaa gitu. Aku jadinya cukup aktif, di jurusan, di tingkat fakultas, di tingkat univ, oiya aku jadi paling senang bergaul sama senior, lalu aku jadi akrab sama dosen-dosen karena aku selalu nanya pas diskusi, yaa gitu deh pokoknya. 
Terus aku pensiun dari semua organisasi bisa dibilang cukup dini karena masa jabatanku udah abis. Awal apa pertengahan 2016 (semester 6) aku free dari semua organisasi. 
Sekarang aku semester 9 dan merasa tua dan sudah harus hengkang dari kampus.

Naaaahhh.. balik ke cerita seorang teman tadi. Maaf mukhadimah-nya panjang bener. Tapi biar alurnya asik sekalian aku pamer.

Dia benar-benar ngga ikut organisasi apa pun sejauh yang aku tahu dan perhatiin. Dia kuliah aja ogah-ogahan. Bikin tugas selalu, tapi minta bikinin atau nyontek bikinan orang lain.
Sekarang, di semester 9 ini, dia benar-benar melejit. Dimulai dari semester 7 sepertinya. Semua junior ngga ada yang ngga kenal dia. Senior pada mulai muji-muji dia, semua medsosnya dibikin rapih, Orang-orang mulai suka dan senang setiap ada dia, bahkan apapun kegiatan yang diadain di kampus, dia adalah orang yang pertama tahu dan bakal ngasih tahu ke yang lain, yang aku pribadi bahkan terkadang sudah ngga mau tahu.
Dia mulai ngomongin hal-hal yang seru setiap ada percakapan, kaya dari yang biasanya ngomongin artis Indonesia terus sekarang ngomongnya world peace, agenda setting, gimana media yang bisa memalsukan segala hal yang kemudian dipercaya oleh publik sebagai kebenaran, yang aku pribadi lagi-lagi, kadang sudah bosan dan malas jadi kembali ngga mau tahu.

Aku terus mulai judging dong, sendirian, di dalam hati, tapi ya tetap saja. Dasar kacangberuntung!
Ini orang kenapa yaa, ngapain sih, telat banget, hahaha norak itu udah dari kapan, apaan sih ini dia, ih gini doang dia bangga, dan berbagai macam kalimat kacangberuntung lainnya.

Aku ngga begitu ingat trigger-nya apa, tapi yang jelas, aku jadi lebih positif dan melihat dia sebagai teman yang berhasil membuat grafiknya mendaki. Lalu memangnya kenapa kalau dia baru memutuskan untuk melakukan semua yang kulakukan di tahun-tahun awal di tahun-tahun akhirnya? Justru mungkin itu yang bakal bikin dia ninggalin kesan yang baik sebelum ninggalin college. Itu kebanggaan untuknya terus kenapa aku yang harus sewot?
Setiap orang punya path yang pasti beda, tapi kadang sebagai manusia emang susaaaaaaah sekali mengingat yang simple-simple seperti mind your own business. Padahal teman berkembang, tapi fokusku di beberapa waktu lalu malah soal keterlambatannya melakukan semua itu. Yang padahal bukan lahanku sama sekali.
Aku bersyukur semua negativity yang kupikirkan dan kulontarkan soal dia cuma kubagi dengan diriku terus aku sadar dan damai lagi dengan diriku. Tapi karena sekarang aku sadar jadi aku bagi-bagi :3
Sesederhana seorang teman terkadang kamu dapetin life lesson  yang priceless dan ngga diajarkan di sekolah manapun. Bahwa segala sesuatunya sudah punya jalannya masing-masing.

Untuk temanku, semoga kamu tetap energic dan menebar kebaikan, yaa!
Untuk diriku, ayo terus belajar<3
Untuk yang membaca, semoga pesanku sampai ke hati dan pikiranmu!

Senin, 04 Desember 2017

hold on, EVERYONE IS ANXIOUS.

Kenyataannya, hidup memang akan selalu dihadapkan pada masalah. Sesuai janji Tuhan-ku, tidak ada masalah yang tidak selesai. Dan tidak ada masalah yang melebihi kemampuan kita. He designed it already.
Sebagai manusia, yang adalah makhluk sosial, kita disediakan pilihan untuk berbagi. Berbagi hal apapun. Termasuk masalah. Beban, paranoid, ketakutan, apapun itu bentuknya. Disebut pilihan karena kita bisa melakukannya atau mengabaikannya saja.

Aku pengen cerita. 

Aku ngga punya pengetahuan yang begitu dalam tentang kesehatan, apalagi kesehatan mental. Tapi setidaknya i'm always open to new things, basically everything. I love to learn.
Aku ngga begitu yakin apa memang state of mental punya hubungan dengan fase hidup dan usia. Tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda di usia 21 tahun ini. Kalau menurutku, aku jadi lebih lemah. Fragile, bisa dibilang.
Aku sedang dalam fase menyelesaikan studi S1. Skripsiku sudah selesai, sudah sejak akhir Agustus. Aku sudah mendapatkan tanda tangan persetujuan dari dosen pembimbing 1-ku pada awal September. Seperti yang kita tahu, kalau sudah ada tanda tangan itu, kamu bisa sidang skripsi, lalu mendapatkan gelar, lalu wisuda, dan lulus dari pendidikanmu di kuliah.
Di jurusanku, masing-masing mendapatkan 2 orang dosen pembimbing. Nah, aku belum mendapatkan tanda tangan persetujuan untuk sidang itu dari dosen pembimbing 2-ku hingga saat ini.
Aku mungkin tahu apa yang ada di pikiranmu saat membaca ini. Mungkin juga tidak.

Singkat cerita, saat itu aku merasa benar-benar lelah. Bukan physically, tentunya. Aku di kamar kos temanku dan sudah siap-siap mau me time. (Ngomong-ngomong soal me time, percayalah guys, kalian membutuhkannya, sangat.) Aku ingin berangkat jam 12 tapi at the time masih jam 11.15. Aku ingat sekali karena aku terbiasa ngecek jam lebih sering kalau mau bepergian.
Saat sedang bersantai menunggu waktu, pandanganku jatuh ke map yang isinya draft skripsiku. Aku membukanya, membacanya sekilas. Ada perasaan aneh yang terasa.
Dadaku sesak. Sesak sekali. Pertama kalinya aku merasakan seperti itu. Air mataku mengalir. Perlahan lalu makin deras, aku terisak. Dadaku makin sakit. Aku menangis lebih keras.
Terus aku ngaca. Ngga ada pikiran apapun yang ada di benakku pada saat di hadapan cermin itu selain menyalahkan dan merutuki diriku sendiri. Berbagai pikiran buruk masuk dengan mudah dan aku melampiaskan semuanya ke diriku sendiri.
Aku ingin berhenti nangis karena rasanya ngga enak, tapi aku ngga belum bisa. (Aturan nomor satu untuk deal with your mellow-pessimist-dramatic ass, jangan pernah bilang tidak. Kita bisa lakuin apapun). Terus aku duduk supaya bisa lebih tenang. Aku nangis. Aku biarin air mataku ngalir sebanyak yang bisa melegakan.
Jam 11.50, aku berhenti nangis. Sesak napasnya berhenti. Berhenti begitu saja. Rasanya masih berat tapi sedikit lebih plong dari sebelum nangis. Aku cuci muka, siap-siap lagi, kemudian lanjut berangkat me time.

Pada saat itu, aku punya beberapa pilihan. Aku bisa membatalkan apapun itu rencana yang sudah kususun dan tidur saja menenangkan diri. Atau aku bisa membatalkan dan pergi ke kos temanku yang ada dia di sana dan bisa ngobrol dengannya. Atau aku bisa langsung saja pulang ke kotaku, ke rumahku. Dan beberapa pilihan lainnya.
Aku memilih melepaskan semuanya, beban atau pressure atau apapun itu yang kurasakan saat menyentuh skripsi, aku memilih meluapkannya pada tangisan lalu kemudian berdamai dan move on.
Aku ngga bilang apa yang aku lakukan itu yang terbaik. Kalian selalu punya pilihan. Selalu. Please, nangis kejer sendirian selama hampir satu jam itu aneh banget. Tapi at least aku tahu cara berkomunikasi dengan diriku.
Aku tahu apa yang kubutuhkan dan aku bisa memilih. Karena setelah itu aku senang banget. Aku ke mall, lalu cuci mata lihat-lihat baju-baju dan sweater yang lucu-lucu, nonton sendirian di bioskop dan discovered film Indonesia kesukaanku untuk tahun ini, aku pulang ke kos temanku dengan santai, mengendarai motor dengan senyuman.

SRSLY guys, everybody has their own anxiety. Everyone got their own problem. Ngga ada yang lebih berat, lebih menyedihkan, lebih menderita. Yang namanya masalah ya masalah. Muncul as ujian buat kita sebagai manusia. Aku cuma mau bilang bahwa kita pasti tahu paling baik tentang diri kita sendiri, apa yang kita mau dan apa yang kita butuh.
It's super okay to grieve, it's okay to be sad, but everything has it's time. Kita semua cuma perlu latihan lebih banyak untuk tahu batas :)

Jumat, 06 Oktober 2017

If Only

"i'm in love with her, okay?
if you're looking for the word that means caring about someone beyond all rationality and wanting them to have everything they want, no matter how much it destroys you, it's love!
and when you love someone, you just, you don't stop, ever. even when people roll their eyes or call you crazy. even then. especially then!
you just, you don't give up. because if i give up, if i could just, you know, take the world's advice and move on and find someone else, that wouldn't be love.
that would be some other disposable thing that is not worth fighting for. that is not what this is."
- Ted Mosby (s09e17 "Sunrise")

kalimat yang menurutku paling powerful dari semua kalimat yang pernah diucapkan tokoh utama sepanjang serial How I Met Your Mother.
kalimat yang menegaskan apa arti cinta bagi tokoh utama. kalimat yang menjelaskan perjuangan tanpa hentinya untuk seseorang yang masih belum bisa dia dapatkan. untuk cintanya.

andai semua kisah cinta atau romansa seperti film atau serial, ya. mungkin aku tidak perlu merasa bersalah karena tidak cukup kuat memperjuangkanmu tetap ada di hidupku. mungkin aku tidak perlu merasa sedih setiap kali merindukanmu tapi tak bisa berbuat apa-apa. mungkin. mungkin juga tidak. mungkin juga bisa sebaliknya. apalah arti sebuah mungkin.

kalau aku bilang aku paham sekali kalimat yang Ted ucapkan, mungkin kamu tidak akan percaya. aku sendiri saja juga sulit untuk percaya. karena lagi-lagi di sana ada perjuangan. ada sesuatu yang tidak berhenti dia lakukan. sementara aku, satu-satunya hal yang tidak berhenti aku lakukan hanya mencintaimu. hal lainnya sudah tidak jalan lagi. entah sejak kapan.
aku berhenti berharap, berhenti ingin berharap, berhenti bermimpi, berhenti berniat memimpikan, berhenti percaya, berhenti ingin percaya, berhenti menganggap semuanya bisa di antara kita berdua.

aku tahu kamu pasti mengerti pada kenyataannya ini tidak akan mungkin. betapapun kuatnya aku dan kamu merangkai setiap khayal yang terlalu kuat ingin kita wujudkan. maaf aku selalu kembali. maafkan juga dirimu yang selalu menyambutku kembali. kita terlalu tidak kuat untuk tidak lagi-lagi jatuh satu sama lain, tapi lebih tidak kuat lagi untuk tetap berjalan beriringan.
aku selalu menampikkan dunia jika sudah bicara menyangkut kamu. tapi kemudian ada saat di mana aku sadar bahwa aku tidak akan pernah bisa menempatkanmu sebagai duniaku. aku ingin. tapi tidak bisa.
tidak akan pernah bisa.

Selasa, 05 September 2017

"jangan ini, jangan itu, kamu perempuan"

aku baru saja selesai minum secangkir kopi hitam yang tidak tahu jenisnya apa. katanya ditanam di Tanah Datar. sekarang sore hari dan belum adzan Maghrib. mungkin sekitar 10 menit lagi.
bundaku bilang aku salah karena kalau mau minum kopi harusnya sesudah makan karena nanti makan malamku jadi tidak bernafsu kalau sudah minum kopi duluan. aku bilang tidak masalah, di perutku letak kopi dan makanan berbeda tempat (tentu saja itu cuma bikinanku, tapi ya memang tidak masalah, kok. serius!).
saat sedang menyesap kopi tadi, aku bertanya pada ayah kopi yang kuminum ini jenisnya apa, aku cuma ingin tahu saja. lagian ayah bundaku harusnya tahu kan, aku memang ingin tahu soal banyak hal (hampir semua, malah). ayah bilang gunanya apa. aku bilang aku nanti ingin jadi coffee expert sambil tertawa kecil. tentu saja aku memang ingin, tapi itu bukan prioritas utama untuk dicapai di masa depan. ayahku bilang kalau mau jadi coffee expert harus rajin traveling jadi bisa nyicip berbagai jenisnya. ya aku jawab singkat saja kalau traveling kan juga salah satu keinginanku. aku tidak mau lanjut membahas ini, aku tahu arahnya akan ke mana. intinya aku cuma mau tahu kopi ini jenis apa, kalau ayah tidak tahu ya sudah tidak apa-apa.
nah kan, benar apa kataku! bundaku langsung menimpali dan bukannya singkat tapi bicara yang panjaaaaang sekali sampai aku (yang biasanya selalu menjawab segala hal yang tidak sesuai menurutku) hanya diam saja sampai beliau menyelesaikan semua wejangannya.
aku tidak mungkin cerita dengan detail isi semua omongan beliau soalnya cuma akan membuatku kesal lagi, padahal kesalku sudah hilang. don't get me wrong, ini bukan melawan pada orang tua, kok. aku hanya merasa lelah karena kali ini tidak menyampaikan apa yang kurasa benar padahal setiap kali diomeli biasanya aku selalu menjawab.
intinya, bundaku bilang begini; "jangan sok-sok penyuka pecinta kopi, kamu itu perempuan", "jangan bangga suka kopi, tidak akan ada yang memujimu, kamu perempuan", "menurutmu bagus apa perempuan penyuka kopi? tidak ada untungnya, tidak ada gunanya", "jangan suka hal-hal yang aneh-aneh, normal-normal sajalah hidup jadi perempuan". aku mulai kesal lagi.
ya pokoknya itu intinya dari nasihat yang hampir setengah jam, kalimat-kalimat itu adalah rangkuman yang kuingat dan cukup membuatku ingin diam saja dan tidak menjawab apapun, ya karena lelah tadi.
aku sudah hampir lupa mau komentar apa saja, karena seperti yang kubilang tadi, kesalku sudah mulai hilang.
pertama, aku bukan sok-sok penyuka kopi atau cinta kopi ya. aku bukan tipe orang yang latah suka ikut-ikutan. atau anak kemaren sore yang tiba-tiba hobi nongkrong di kedai kopi supaya keliatan edgy dan sociable. aku suka kopi dari kecil. dari masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak, seingatku. aku tidak suka teh kalau pakai gula. aku kalau minum teh tidak pernah pakai gula. kopi kesukaanku itu espresso. basically, aku tidak suka minuman yang manis-manis. jadi sejak pertama kali lidahku kenal kopi, aku sudah langsung jatuh cinta. ayah bundaku tahu itu kok. mereka bahkan tahu minuman favoritku dari kecil ya kopi. tapi kenapa kalimat itu keluar? ya sudahlah namanya orang tua sedang ngomel.
kedua, tentu saja aku bangga suka kopi, ya karena aku suka. sama seperti aku bangga suka Avril atau Paramore. sama seperti aku bangga suka nulis dan baca buku. sama seperti aku bangga suka mitologi Yunani. tentu saja kita bangga sama hal yang kita suka, itu kan manusiawi. aku suka hal apapun bukan supaya dipuji. aku suka ya karena aku suka. karena dengannya aku senang dan puas. peduli apa mau dipuji atau tidak. orang tuaku sangat tau itu. tapi kenapa kalimat yang keluar tadi begitu? ya sudahlah ya, namanya ngomel.
ketiga, ya menurutku bagus, karena aku kan suka. kalau aku tidak suka baru aku bilang tidak bagus. lagian coba saja googling pakai keyword "benarkah kopi bahaya untuk perempuan?" 10 hasil teratas paling cuma 2 yang bilang bahaya. sisanya adalah manfaat. bahkan di setiap artikel yang kubaca, jumlah kopi normal untuk diminum perempuan itu 1 sampai 3 gelas per hari. aku minum kopi saja tidak sesering itu, kok. paling 3x sebulan. kalau di Padang, mungkin 5 atau 6x. sebulan loh, bukan per hari. ada apa dengan bundaku malam ini? ya Tuhan aku bisa kesal lagi, nih.
keempat, apanya yang tidak normal sih dengan suka kopi? kenapa aku dibilang aneh? aku benar-benar tidak terima. lalu memangnya definisi perempuan normal itu yang seperti apa dan bagaimana sih? yang tidak suka kopi tapi sukanya latte atau green tea dengan banyak cream? yang keinginannya jadi lipstick atau foundation expert bukan coffee expert? aaa aku tidak terima sejujurnya, bagaimana ini :(
kelima, dari setiap kalimat itu, di akhirnya pasti selalu ada kata "kamu itu perempuan" seakan-akan segala hal yang kulakukan sangat salah dan hina karena aku melakukannya sebagai seorang perempuan. LAH? ini baru masalah kopi, loh. belum hal lainnya yang lebih complex. apa semua hal nanti akan ditambah "karena kamu itu perempuan" sebagai pembenaran dan penegasnya?
kejadian sebelum Maghrib tadi itu benar-benar membuatku kesal sekaligus sedih. aku tidak terima tapi aku sedang tidak punya kuasa untuk menjawab atau membantah. aku tahu tidak ada yang salah dengan yang kulakukan tadi. tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. rasanya seperti berurusan sama dosen saja. hfffff.

Rabu, 30 Agustus 2017

how this DAMN SPARE TIME affects me

beberapa hari belakangan gue menyadari gue menjadi iqna yang super cranky dan a little annoying, maybe.
gue gampang banget kesel dan ngomel-ngomel which is ngga gue banget.
postingan kali ini sepertinya murni curhatan gue (hlh kaya yg lain nda saja). pertama, gue heran kenapa ada yang nyaman ngomong nyelekit-nyelekit. kaya suaranya ketahan jadi pas ngomong dengan nada tinggi, jadinya super ngga enak buat didengar. hope you know what i mean. kedua, apa susahnya meletakkan sesuatu pada tempatnya apa, guys, apa? ini bikin gue sangat murka. seurakan apapun i could become, at least untuk hal yg di-bold itu gue tidak pernah luput. gue aja bisa kesal kalau liat sound volume di laptop ngga genap 50% atau 100%, apalagi ngeliat tumpukan celana ditaro di tumpukan baju. grrr for god's sake. ketiga, menutup pintu. pintu apapun itu (iya, termasuk hati). apa susahnya menutup pintu rumah di saat mau ke halaman? apa susahnya menutup dan mengunci pintu lemari setelah selesai ngambil baju? apa susahnya nutup pintu kamar kalau mau tidur? APA? APA? keempat, minta pake kata tolong. hell, is this thing bloody hard to do? apapun yang ingin anda semua lakukan tapi tida bisa (wajar, karena manusia tida bisa melakukan semua hal sendirian) bukankah anda butuh bantuan orang lain? bukankah anda bisa meminta dengan menggunakan kata tolong? dan espescially buat orang seperti gue dan orang-orang lainnya yang sangat sangat susah untuk bilang tidak pas dimintain tolong, hal ini tuh bikin sedih. so please guys, apapun itu, "tolong" adala koentji! keenam, dan seterusnya btw gue lupa. kalau ngga salah tadi di kamar mandi gue list bisa sampe ada 9 apa 10 gitu. tapi yaa terkadang ide brilliant itu stay di tempat kita mendapatkannya. sekian.
semoga cranky gue segera berkurang. apalagi 2 hari lagi lebaran! uyeeaaaa. daging everywhere~~
Selamat Idul Adha, bagi yang merayakan!

Selasa, 22 Agustus 2017

aduhai rindu~

"bicara rindu~ bicara haru~"
i'm currently listening to Senar Senja's Dialog Hujan
it gets me thinking. kerinduan. rindu. banyak sekali makna di sana.
hal yang tidak pernah ada habis-habisnya kalau dibahas. apalagi olehku.
i consider myself as a super kangenan person.
aku bisa rindu siapa saja pada kapan saja. bahkan kadang kangen sama teman sekelas yang dalam setahun cuma ngobrol 2x. itupun buat nitip absen (ngga deng, becanda).
but it's true. banyak kok teman sekelasku yang kadang cuma bicara ya kalau ada perlunya saja (aku juga begitu). 2x dalam setahun itu an acceptable number, kok. dan iya, kadang aku bisa saja tiba-tiba rindu mereka. mungkin buatku rindu bukan perihal seberapa kuat atau intens interaksi dan hubungan yang terbangun. tapi? ya kangen aja gitu.
rindu selalu jadi bahasan yang seru, paling tidak menurutku. beberapa penyair atau penulis justru kadang sukses karena punya rindu, kan?
ada 2 quote soal rindu yang lumayan ngetop di kalangan generasiku.
nah, instead of Eka Kurniawan's "seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas", aku lebih mengamini Pidi Baiq's "rindu itu urusan pribadi. tidak bersangkut paut dengan dia bagaimana kepadamu".
menurutku tidak apa-apa kalau rindumu tidak berbalas, toh cintamu saja sudah sering bertepuk sebelah tangan, kan?
juga tidak apa-apa kalau kamu kangenan. itu tanda kamu masih manusia. yang tidak boleh itu rindumu kemudian membuatmu nelangsa dan uring-uringan.
menurutku rindu harusnya bisa jadi salah satu motivasi yang bisa memompa lagi semangatmu. bikin kamu meraih dan memperjuangkan apapun itu yang harus diselesaikan supaya bisa rindu lebih banyak lagi? tapi apalah aku yang berani bilang begini tapi kalau rindu juga masih suka nangis.

Jumat, 11 Agustus 2017

Kontemplasi: Batal tapi Jadi

hujan turun sangat deras di kotaku. hujan pertama sejak hampir seminggu sudah aku di sini. hujan selalu sukses memunculkan berbagai perasaan bagiku. hujan deras kali ini sesaat membuatku ingin berkontemplasi tapi sedetik kemudian kuurungkan karena terdengar cukup berat dan lumayan sok. aku tidak ingin membuat diriku terdengar seperti salah seorang teman lama yang lagaknya seperti paling tahu dunia.
aku selalu cinta hujan di kotaku. sebenarnya sejauh ini aku cinta hujan di kota manapun yang pernah kudatangi kecuali kota tempatku menuntut ilmu. bukan cuma hujan yang tidak kusuka di sana tapi hampir semua hal. hahaha. kalau kujelaskan mengenai kota "singgah"ku selama hampir 4 tahun itu, terlalu panjang rasanya.
aku punya banyak kenangan saat hujan dengan orang-orang yang kusayang pada situasi yang berbeda-beda. ada yang sendu dan tentu saja memicu rindu. karena aku suka hujan, tentu saja elemen yang paling kusuka di dunia ini adalah air. tapi aku masih tidak bisa berenang hingga saat ini karena takut dan tidak pernah fokus belajar supaya bisa.
beberapa hari ini, aku menghabiskan waktuku di rumah dengan membaca artikel di internet. artikel dari berbagai media online baik dengan tema lucu hingga politik. tetap saja artikel yang paling menarik bagiku kalau bukan sejarah, ya tentang isu kesetaraan.
sejak aku jadi mahasiswa, lalu belajar soal ideologi, filsafat, paham, dan berbagai hal menyangkut cara pandang dan pola pikir dalam menjalani hidup itu, aku tidak pernah tidak tertarik pada yang namanya kesetaraan.
dari kecil, aku memang hobinya bersosialisasi, kenal dengan orang-orang baru, make friends as many as i could. aku cukup percaya diri melabeli diriku 'people' person. pelajaran kesukaanku dari dulu saja biologi. hahaha. tapi hanya bagian yang membahas tentang manusia (apalagi sistem reproduksi). aku tidak suka hewan.
bicara soal kesetaraan, secara umum biasanya ini menyangkut hak asasi manusia dan gender. masalah yang akhir-akhir ini cukup dilirik apalagi bagian gendernya.
artikel-artikel yang kubaca soal kesetaraan itu pada umumnya punya goals persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam segala hal; hak, kewajiban, peran, intinya kebebasan mereka memilih melakukan hal tanpa harus mengacu pada jenis kelamin. hal ini sampai detik ini, jujur saja masih membuatku bingung. karena menurutku pembahasan ini sangat mungkin akan jadi bias.
kenapa? here's what i thought.
gender role diciptakan sebagai sebuah aturan, yang artinya ada untuk mengikat. nah, di saat hal itu didobrak dan ingin diubah, tentu impact-nya akan menyebar pada segala hal. dalam konteks hidup di Indonesia, kita mengenal yang namanya hukum, agama, budaya, adat istiadat, kebiasaan, kelas, status, dan strata. setiap hal tersebut terbentuk turun temurun dan ikut membentuk manusia itu sendiri. saat belajar sosiologi dulu di SMA, aku ingat pernah ada debat soal budaya. dan kesimpulan yang didapatkan adalah manusia pada awal hidup di dunia membentuk kebiasaan kemudian budaya. namun dengan perkembangan manusia, budaya kemudian ikut membentuk manusia itu sendiri. jadi di sini ada hubungan saling membentuk dan mempengaruhi. nah, di saat hari ini isu kesetaraan mengarah pada sudah tidak sesuainya komponen-komponen yang membentuk masyarakat kita tadi, lalu kita akan berpegang pada apa?
...
(to be continued)

Senin, 24 Juli 2017

Mengingatmu

malam ini aku kembali mengingatmu. bersama detak jarum jam kamarku yang rasanya tiap detik makin cepat dan makin nyaring. bersama dengkuran nafas manusia seisi rumahku yang masing-masing sudah pulas sendiri. aku mengingatmu, lalu aku mengingat kita. teringat ternyata banyak mimpi dan angan yang kita gagalkan karena tak lagi bersama. teringat ternyata banyak wacana dan rencana yang hanya tersusun dalam imaji tanpa bisa diwujudkan lagi. aku mengingatmu sedikit lebih lama dari biasanya. entah kenapa malam ini terasa berbeda. mungkin hanya egoismeku yang membedakan atau memang aku sedang berada dalam mimpi tidurmu di tengah malam ini, seperti kata mereka. mengingatmu sudah tidak sakit lagi. mengingatmu sudah tidak sesak lagi kali ini. mengingatmu kini sudah mau disertai senyum. mengingatmu kini sudah mulai berdamai. aku tiba-tiba ingat pelukan terakhirmu malam itu, yang tak pernah kusangka ternyata jadi terakhir. aku ingat tawamu, kerut di bawah matamu saat tersenyum manis, aku ingat bau tubuhmu. tapi yang satu ini sudah mulai samar. aku tiba-tiba ingin bertanya tentang kabarmu. apa resah masih suka singgah? apa penat sudah mulai bisa kamu perintah? apa cemas masih suka datang sesekali mengundang ragumu? apa curigamu pada dunia sudah berkurang atau kadarnya malah menjadi? ingin rasanya aku berjalan ke arahmu sambil tersenyum lebar dan menawarkan obrolan singkat menertawakan kita, tapi aku takut kamu tidak selesa. aku terkadang masih suka mengingatmu seperti malam ini, semoga lama-lama nanti hilang :)

Jumat, 07 Juli 2017

my current thing-to-watch

hello everyone~ how r you my one and only lovely blog?
this is just some random thoughts i have tonight while enjoying my time alone at home upstairs.
i've been watching Grey's Anatomy for a couple months now and i think this serial become one of my favorite drama.
people said that this drama can makes you miserable and sad and mellow and so on. i can't not agree with that, though. but actually i only cried once when i watching this. but i indeed feel miserable and the anxious and pessimist :( lol.
i haven't write anything here yet about my last relationship, my broke-up. i don't plan to, tbh.
but long story short it was my first heartbreak, everyone, MY VERY FIRST HEARTBREAK, I'M HURT.
no, i mean it. i've been hurt. so bad. it hurts. so deep.
and that's it. i can only tell you that.
since i told you abt watching Grey's, here's some quotes i really love and getting touch from that drama. lol
here you go~

"in fact, the only thing i can truly promise is i'll probably hurt you again. oh, and you'll hurt me. and i'll come right back to you again when you do.
i'll accept the risk. because you are worth it, because you matter to me. because i love you, and i'm not going anywhere"
- dr. Richard Webber (when propose to dr. Catherine Avery)

"we got more than just one thing to love. and one day, something will click. and you'll know you found it."
- dr. Calliope Torres (when fix a kid's leg)

it sounds so cheesy and fluffy? no it's not. it sounds true and sincere to me.
hahaha pardon this just-had-a-heartbreak-girl.

Minggu, 21 Mei 2017

what an awkward time

do you ever been in a situation when everything feels wrong? even breathing, feels wrong. no matter what you do. being in there, being you, feels wrong.
well, that is exactly what i am feeling right now. and it's threatening me.
i don't know if it's just me but seriously i never like people try to make things up to me. like when they've done something that they thought isn't quite right, and they wanted as hard as possible to make things up. to keep things back in place. just so they don't feel the guilt of doing that thing in the first place.
you got what i mean?
i never like that. ever.
i'm always like "okay, everything is clear. let's just move on". because, you know if you already stitch a wound it is absolutely unnecessary to open it up again or trying to make another stitch. it'll only make it worse.