About Me :)

Foto saya
Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia
enthusiastic planner idealist observer adabtable easy going perfectionist melancholic

Senin, 04 Desember 2017

hold on, EVERYONE IS ANXIOUS.

Kenyataannya, hidup memang akan selalu dihadapkan pada masalah. Sesuai janji Tuhan-ku, tidak ada masalah yang tidak selesai. Dan tidak ada masalah yang melebihi kemampuan kita. He designed it already.
Sebagai manusia, yang adalah makhluk sosial, kita disediakan pilihan untuk berbagi. Berbagi hal apapun. Termasuk masalah. Beban, paranoid, ketakutan, apapun itu bentuknya. Disebut pilihan karena kita bisa melakukannya atau mengabaikannya saja.

Aku pengen cerita. 

Aku ngga punya pengetahuan yang begitu dalam tentang kesehatan, apalagi kesehatan mental. Tapi setidaknya i'm always open to new things, basically everything. I love to learn.
Aku ngga begitu yakin apa memang state of mental punya hubungan dengan fase hidup dan usia. Tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda di usia 21 tahun ini. Kalau menurutku, aku jadi lebih lemah. Fragile, bisa dibilang.
Aku sedang dalam fase menyelesaikan studi S1. Skripsiku sudah selesai, sudah sejak akhir Agustus. Aku sudah mendapatkan tanda tangan persetujuan dari dosen pembimbing 1-ku pada awal September. Seperti yang kita tahu, kalau sudah ada tanda tangan itu, kamu bisa sidang skripsi, lalu mendapatkan gelar, lalu wisuda, dan lulus dari pendidikanmu di kuliah.
Di jurusanku, masing-masing mendapatkan 2 orang dosen pembimbing. Nah, aku belum mendapatkan tanda tangan persetujuan untuk sidang itu dari dosen pembimbing 2-ku hingga saat ini.
Aku mungkin tahu apa yang ada di pikiranmu saat membaca ini. Mungkin juga tidak.

Singkat cerita, saat itu aku merasa benar-benar lelah. Bukan physically, tentunya. Aku di kamar kos temanku dan sudah siap-siap mau me time. (Ngomong-ngomong soal me time, percayalah guys, kalian membutuhkannya, sangat.) Aku ingin berangkat jam 12 tapi at the time masih jam 11.15. Aku ingat sekali karena aku terbiasa ngecek jam lebih sering kalau mau bepergian.
Saat sedang bersantai menunggu waktu, pandanganku jatuh ke map yang isinya draft skripsiku. Aku membukanya, membacanya sekilas. Ada perasaan aneh yang terasa.
Dadaku sesak. Sesak sekali. Pertama kalinya aku merasakan seperti itu. Air mataku mengalir. Perlahan lalu makin deras, aku terisak. Dadaku makin sakit. Aku menangis lebih keras.
Terus aku ngaca. Ngga ada pikiran apapun yang ada di benakku pada saat di hadapan cermin itu selain menyalahkan dan merutuki diriku sendiri. Berbagai pikiran buruk masuk dengan mudah dan aku melampiaskan semuanya ke diriku sendiri.
Aku ingin berhenti nangis karena rasanya ngga enak, tapi aku ngga belum bisa. (Aturan nomor satu untuk deal with your mellow-pessimist-dramatic ass, jangan pernah bilang tidak. Kita bisa lakuin apapun). Terus aku duduk supaya bisa lebih tenang. Aku nangis. Aku biarin air mataku ngalir sebanyak yang bisa melegakan.
Jam 11.50, aku berhenti nangis. Sesak napasnya berhenti. Berhenti begitu saja. Rasanya masih berat tapi sedikit lebih plong dari sebelum nangis. Aku cuci muka, siap-siap lagi, kemudian lanjut berangkat me time.

Pada saat itu, aku punya beberapa pilihan. Aku bisa membatalkan apapun itu rencana yang sudah kususun dan tidur saja menenangkan diri. Atau aku bisa membatalkan dan pergi ke kos temanku yang ada dia di sana dan bisa ngobrol dengannya. Atau aku bisa langsung saja pulang ke kotaku, ke rumahku. Dan beberapa pilihan lainnya.
Aku memilih melepaskan semuanya, beban atau pressure atau apapun itu yang kurasakan saat menyentuh skripsi, aku memilih meluapkannya pada tangisan lalu kemudian berdamai dan move on.
Aku ngga bilang apa yang aku lakukan itu yang terbaik. Kalian selalu punya pilihan. Selalu. Please, nangis kejer sendirian selama hampir satu jam itu aneh banget. Tapi at least aku tahu cara berkomunikasi dengan diriku.
Aku tahu apa yang kubutuhkan dan aku bisa memilih. Karena setelah itu aku senang banget. Aku ke mall, lalu cuci mata lihat-lihat baju-baju dan sweater yang lucu-lucu, nonton sendirian di bioskop dan discovered film Indonesia kesukaanku untuk tahun ini, aku pulang ke kos temanku dengan santai, mengendarai motor dengan senyuman.

SRSLY guys, everybody has their own anxiety. Everyone got their own problem. Ngga ada yang lebih berat, lebih menyedihkan, lebih menderita. Yang namanya masalah ya masalah. Muncul as ujian buat kita sebagai manusia. Aku cuma mau bilang bahwa kita pasti tahu paling baik tentang diri kita sendiri, apa yang kita mau dan apa yang kita butuh.
It's super okay to grieve, it's okay to be sad, but everything has it's time. Kita semua cuma perlu latihan lebih banyak untuk tahu batas :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar