About Me :)

Foto saya
Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia
enthusiastic planner idealist observer adabtable easy going perfectionist melancholic

Minggu, 30 Oktober 2016

homesick that really is sick

i feel my lyf has been so unproductive since the last time i wrote here. being mahasiswa taun akhir that faces every rejection, pressure, competition, and many other cruel stuff, has really made me less confident and low on motivation.
i miss home. i miss my mom, dad, piky, chacha, i miss my room and the all of Bukittinggi's scents. but i can't go home.
well maybe i can, but i do not want to.
i started to think that i at least should bring a good news if i went home. maybe just a news that as simply as i already write my skripsi until bab number whatever. or maybe i finish my OJT and the report already.
i just feel this guilty feeling inside my chest about my responsibilities but i also had this damn so big laziness which is burden me from doing any progress. hffff if you understand what i mean.
i often ask to my self. where the hell is that dreams, that targets you always shout out and tell the world. where is them? don't you wanna run them?
oh my dear-lovely-self, let's work things out a.s.a.p let's do this, please?
it is only you in here. it is only you who'll be your own savior. remember how big your intention to leave this city immediately.
this post is just like a reminder to my self. i hope me will doing better. amen.

Senin, 05 September 2016

Mahasiswa Tahun Akhir

i oftenly thought that people who blabbed about the last year of college is overreacted and seek for attention.
now i think maybe they had some points.
here comes the 7th semester of my college life and i feel the ambience.
i only have 2 subject left in this semester which is makes me sit in class only in wednesday.
i literally have many free time because of that one day schedule out of 7 in a week. but the feeling is absolutely not as free as the freshman year or the 2nd year of college.
i can say i do nothing all day, but the pressure is real.
i think about many things. way more than i think before.
i panick at almost anything. my skripsi, my internship (which is not get any follow up yet from the company til now), my skripsi again, my responsibilities as the 1st child in my family, my skripsi again, how i will start my observation about my skripsi, when and how will i start to write my skripsi, and so on.
yep. this semester is basically about skripsi, pressure, and skripsi, and, skripsi again.

Rabu, 17 Agustus 2016

Ranting Kering

hai, sudah lama aku tak menulis tentangmu. tentang kisah kita yang tak bisa dimusnahkan pun dipertahankan.
bagaimana dinding yang bertuliskan namaku? sudahkah ia memudar? atau masihkah ia sama seperti saat aku mengukirnya di sebelahmu?
tidak ada yang pernah tahu perihal peranmu dalam ceritaku. tapi hatiku tak pernah sedetikpun meninggalkan kenangan aku dan kamu.
harusnya kita sudah berakhir sejak kita baru saja memulai, harusnya.
tapi harus yang aku dan kamu punya bertentangan dengan seisi dunia.
aku ingin menyapamu sejenak kali ini.
hanya mengajakmu saling melempar senyum kemudian duduk berdua dalam diam. dengan kepalaku di pundakmu, dan tanganku di dalam saku baju tebalmu.
kita selalu bilang sama-sama saling merelakan.
tapi yang kemudian kembali dan mengenang lagi selalu lagi-lagi kamu dan aku.
bagaimana kabarmu?
bagaimana kabarmu?
tidak, bagaimana kabarmu?
aku bukan butuh baik-baik saja.

Bukittinggi, 17 Agustus 2016
5.41 pm
aku cuma rindu. itu saja.

Jumat, 08 Juli 2016

Belum Tau

"grow up they said, it'll be great they said"

sebagai manusia normal, gue juga ngerasain kepengen buru-buru tumbuh, berkembang, besar, dewasa. sekarang gue sedang menghitung hari menuju 'kepala dua' kalo kata orang Indonesia, 6 hari lagi umur gue 20 tahun.
the perks of being twenty? bukan. gue bukan mau ngebahas itu. tulisan kali ini sepertinya murni curahan hati gue soal gue. tentangku, kalo kata label blognya.
jadi dewasa ternyata bener-bener ga seenak dan seseru yang gue impikan dan orang-orang bilang.
ternyata, seiring dengan kita tumbuh, seluruh hal di semesta ini ikut tumbuh tanpa terkecuali, masalah juga ikut tumbuh, and that's what matter now.
kalo kata salah seorang filusuf favorit gue, 'semakin kita tau, semakin kita tidak tau'. ini bener banget. why?
semakin kalian paham dengan situasi, kondisi, lingkungan, orang-orang di dalamnya, semakin banyak kalian bakal bertanya dan bertanya. well, kalo kalian engga, at least itu yang gue rasain.
semakin kalian mengerti, merasakan, ikut melakoni, semakin kalian bakal berontak, banyak hal yang menurut kalian ga sesuai. ga sesuai emang relatif, tapi dari pemikiran kalian pada saat itu, berdasarkan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman yang kalian miliki pada saat itu, things often feels wrong.
mungkin gue menggunakan kata kalian sebagai manipulasi perasaan gue sendiri yang terlalu gengsi buat mengakui.
saat kalian bagian dari lingkungan, kalian bagian dari sebuah masyarakat, kalian bagian dari sebuah keluarga, kalian punya sesuatu yang namanya attachment, ikatan.
sebagai orang yang punya akal, kalian tentu aja bisa membandingkan hal, bisa menilai, bisa menentukan pilihan.
saat kalian mulai dewasa, pilihan-pilihan itu bertambah banyak yang entah datangnya dari mana, ikatan-ikatan itupun berbanding lurus.
saat kalian bicara tentang pilihan dan ikatan, kalian bicara tentang tekanan dan pengorbanan. kalian bicara tentang tanggung jawab. kalian bicara tentang how things suppossed to work. kalian bicara tentang masa depan.
saat kalian tau, kalian pasti mengenal protes, kalian pasti mengenal kritik. saat kalian lakukan yang namanya protes, kritik, saran, bantahan, kalian dapet yang namanya konflik, kesal, marah, dendam, kecewa, sedih.
ternyata, semakin kalian disebut dewasa, semakin kalian bakal ngerasain segalanya lebih banyak dari biasanya.
ternyata saat kalian pun akhirnya sadar kalian dewasa dan berhak ikut, berhak diperhitungkan, berhak memilih, berhak mengiyakan dan menidakkan, kalian kemudian paham rasanya sakit dan bahagia.
saat kalian ga terima, kalian ga mungkin diem aja. karena kalian sudah paham, sudah mengerti, sudah tau rasanya. tapi kemudian ada hal-hal yang harus kalian terima mau tidak mau, tanpa peduli sakit atau bahagia. atau mungkin saja sesak.
ada hal-hal yang kemudian akan tetap kalian pertanyakan karena jawabannya ternyata butuh jalan panjang.
ada hal-hal yang terasa sakit, terima atau tidak, harus kalian jalani.
ada hal-hal yang terasa tidak adil, tapi adil bagi selain dari kalian.
semoga saja gue bisa tetap sembuh meski sudah luka berkali-kali.

Minggu, 24 April 2016

Parent Knows Best

hiiiiiiiii bloggaaa!
soooo. i've been missing to write so much since these 2 months really hectic and a non-stop-blue-feeling-swing-mood-everyday.
today actually is one of the day that i feel that. i'm so drown in blue and badmood from the early morning 'til maybe a couple of minutes ago.
it is already 1 month i'm not go home -to Bukittinggi, and of course i miss home like a lot. but i had many college activities in here just like i said before and i have 1 'undercover' thing to do.
why undercover? because nobody know it. well not literally nobody because i told my younger sister and a couple of friend in here, but yea just say that. i love the term undercover 😂
in the beginning of April, i applied to be an announcer for one of radio in Padang. it took almost 3 weeks for the radio to follow me up. i'm waiting with so much doubt and impatient feeling because this is my 1st time.
it's not that i don't believe my own capability - i do, so much, i knew i have a potential in this. but it's the nervous-waiting-moment when you want something so much and wait so long with a thought that going every where through all the possibilities, i think. i hope you got that 😂 i sometimes express my feelings with complicated words, just to be a li'l bit dramatic, lol.
sooo, i do the vocal test, the writing test, the interview, and finalyyyyy, i got a message this morning told that i can be a part of their team, as an announcer! (yeeayy?)
in every radio in this city, there is a training before you officially become an announcer, and the training in this radio i applied is about 2-3 weeks every night (after 7 pm, yes), and it will started tomorrow, in Monday.
you know, since my very 1st day in this city i always use public transportation because i don't bring my own vehicle. the radio is about 1,5 hour from my rent house :') yup. true.
since i already done my job, my undercover mission, i told my parents 'bout this. also my younger brother. they are so happy of course in the 1st place, but not until i told them the detail like night training, no vehicle, don't know ho to go, plan to borrow somobody's motorcycle, probably if the training is about 2-3 hours i'll be arrived in my rent house at 11 pm everyday, and, so on.
what my parents say? yea, of course a big no :(
they said it will dangerous for me, too risky, no guarantee, bad bargain, no choice, and many logical reason that they thought is the best for me.
i have to leave it behind. bye bye radio.
idk. because i already spent so much of my efforts in this, i feel so upset and sad and down, i really am in doubt right now. like idk yet what is the right thing to do. i cry a lot today. but you know, i always believe my parents permission, is everything when i have any activity to do.
writing here honestly makes me feel better even just a bit. oh how i love to write :')
but, i still can't get enough all of this. maybe not yet today. lemme cry again. thanks for reading. bye.

Senin, 07 Maret 2016

Chill

Sometimes, you will feel pissed off by someone or somebody.
Sometimes you feel like nobody is want you, even no one is need your existence,
sometimes you will think that many situation has made by your act and it is feel so bad,
sometimes you immediately hate some people because you feel they underestimate your gut,
sometimes you feel like too many people is put their bussiness on yours,
sometimes you feel like you are about to explode,
sometimes you feel like dissapear from world is the best idea ever,
sometimes you think people is bad, or worse, you are the bad, you are the mistake that inconvinient other people.
There is one thing that you should completely deeply carefully realize is that, this world is just a temporary shelter.
You will not own this forever and this is not yours at all.
This is not your decision neither destiny.
Again, too many feeling involve oftenly causes many problem than it is suppose to.
Many feelings especially pain, actually is a sign of maturity and well experiences human.
Keep the principal set, keep the positive thought all along the way, keep trust on Him.
So breath deeply, live wisely, and smile.
Everything is never as important as happiness :)

Look, this simple words of mine successfully made my brain fresher than before. Thank God i love to write yoohoo~

Rabu, 02 Maret 2016

Hukum Etika Pers: Analisis Pelanggaran Etika Pers dalam Film "Mad City"



Mad City adalah film bergenre komedi pada tahun 1997. Film ini bercerita tentang seorang wartawan televisi yang mencari berita di sebuah museum sejarah alam. Berita yang didapatkan oleh wartawan tersebut dinilai membosankan dan tidak menarik karena membahas mengenai defisit anggaran museum sehingga museum tersebut harus memecat beberapa karyawan.
Setelah mewawancarai salah seorang petinggi yang bekerja di museum, wartawan tersebut yang bernama Max, mendapati dirinya mengintip percakapan antara Sam, salah seorang karyawan museum yang sudah dipecat dengan Mrs. Banks, orang yang tadi ia wawancarai. Sam diusir oleh Mrs. Banks yang tidak ingin berbicara lagi dengannya. Sam yang masih ingin berbicara dan meminta kembali dipekerjakan ternyata membawa senapan. Mrs. Banks tidak percaya karena selama ini mengenal Sam adalah orang yang bai, namun Sam tidak sengaja menembakkan senapannya dan mengenai salah seorang temannya yang juga pekerja museum tersebut.
Sang wartawan televisi Max melihat kesempatan tersebut sebagai kesempatan yang bagus baginya untuk mendapatkan berita. Dengan memanfaatkan Sam yang baik hati dan polos, Max membuat sebuah kasus penyanderaan di museum tersebut dan mendramatisir keadaan dengan mempengaruhi Sam untuk meminta banyak hal seperti uang dan sebagainya. Sementara yang diinginkan Sam hanyalah agar ia mendapatkan pekerjaannya kembali karena ia ingin membahagiakan istri dan dua orang anaknya.
Cerita ini berakhir dengan meninggalnya Sam, mantan pegawai museum yang meminta kembali pekerjaan, dengan cara bunuh diri di dalam museum menggunakan granat. Di akhir cerita Max mengeluarkan sebuah kalimat yang mengatakan bahwa medialah yang sebenarnya membunuh Sam.
Terdapat banyak contoh pelanggaran etika pers yang terjadi dalam film Mad City. Di antaranya adalah pertama adanya responden yang dibayar palsu yang mengaku di hadapan media sebagai teman dekat Sam, pada saat kasus penyanderaan di museum mencuat. Padahal faktanya Sam sama sekali tidak mengenal orang tersebut yang mengaku sebagai teman dekatnya dan mengenal dirinya. Orang tersebut dibayar untuk bersaksi di depan media dan membentuk opini publik yang saat itu menganggap Sam adalah orang yang baik, berbalik menjadi Sam adalah orang yang tega dan kasar.
Kedua, etika privasi narasumber yang dilanggar di mana Cliff, teman Sam yang bekerja di museum yang sama yang secara tidak sengaja terkena tembakan senapan Sam diliput secara sembunyi-sembunyi  saat sedang dirawat di rumah sakit. Media mengambil gambar Cliff tanpa diketahui oleh pasien lewat jendela dan tidak meminta ijin kepada pasien terlebih dahulu.
Ketiga, media kemudian melakukan sebuah penawaran kepada Cliff yang masih terbaring sebagai pasien di rumah sakit untuk mau diwawancarai dengan diberikan sejumlah uang oleh media. Keempat,  pengambilan sudut berita yang menyesatkan publik. Dalam film ini media membelokkan berita ke hal-hal yang tidak benar dan tidak berkaitan dengan permasalahan Sam dan museum, tapi malah hal-hal lainnya. Seperti penggelapan dana pensiun di salah satu bank, dan politisasi dengan kasus-kasus lain yang sedang berkembang saat itu dalam film tersebut.
Kelima, terjadinya persaingan antar media dan antar reporter setelah kemudian berita ini mencuat menjadi berita internasional. Kevin, seorang reporter saingan Max dari media lain yang mendapatkan tekanan dan berkeinginan menaikkan rating kemudian mengambil rekaman jejak pendapat masyarakat mengenai Sam dan mengeditnya sehingga voting terhadap Sam menjadi berbalik arah dari menganggap Sam sebagai orang yang baik menjadi sebaliknya sehingga voting berbalik arah dan kembali mengacaukan dan mengubah opini masyarakat.
Keenam, persaingan antar media akhirnya menjadi sangat ketat dan pemberitaan menjadi tak lagi memperhatikan asas praduga tak bersalah, tidak memikirkan dan melaksanakan prinsip penyajian yang adil, jujur, dan berimbang. Hal yang paling jelas dalam film ini adalah tidak dipergunakan dan tidak diperhitungkannya lagi hati nurani dalam setiap pembuatan berita mengenai Sam dan keluarganya.

Jumat, 12 Februari 2016

Pengakuan

Ternyata, saat kamu mengagumi seseorang, kadang akan ada waktu di mana kamu tidak ingin berpikir secara objektif. Bukan karena kamu tidak bisa. Hanya saja, keinginanmu untuk tetap memenangkan orang itu jauh lebih dominan. Kamu jadi ingin tetap mengaguminya dalam aspek apapun. Kamu selalu ingin membandingkannya dalam segala hal. Lagi-lagi, karena kamu adalah pengagum dan pendukung setianya, kamu akan meletakkannya pada urutan yang tinggi dan selalu baik dalam perbandingan apapun. Otakmu bisa saja sadar, tapi hatimu saat itu memaksa dipilih. Pilihan untuk kembali memenangkan dia. Dia yang kamu kagumi.

Andalas, petang di 12 Februari.

Rabu, 10 Februari 2016

Hukum Etika Pers: Analisis Kasus Indra Bekti dalam Segi 'Hak Jawab'

Iqna Syuhada Putri
1310861014
Hukum Etika Pers - Ilmu Komunikasi Unand 2016

Akhir Januari 2016, dunia entertainment Indonesia mendapatkan kabar baru tentang kasus pelanggaran asusila oleh salah seorang artis pria, Indra Bekti.
Bekti dilaporkan oleh salah seorang pemain FTV, Lalu Gigih Arsanofa, atas tuduhan Undang-Undang ITE, menggunakan media sosial dalam tindakan asusila.
Gigih memberikan tuduhan pada Bekti bahwa memiliki bukti rekaman percakapan antara dirinya dan Bekti di mana Bekti memintanya untuk melakukan hubungan badan.
Gigih melaporkan Bekti dengan tuduhan tersebut dengan didampingi oleh seorang pengacara pribadi.
Tak lama setelah mencuatnya berita tersebut, Bekti langsung melakukan klarifikasi atas informasi dari berita yang beredar mengenai kasusnya.
Bekti menyatakan bahwa berita tersebut sama sekali tidak benar. Bekti dengan tegas mengatakan bahwa berita yang telah tersebar luas itu adalah salah dan tuduhan yang ditimpakan kepadanya adalah kekeliruan.
Bekti mengklarifikasi berita mengenai kasus pelanggaran asusila yang dituduhkan kepadanya lewat berbagai siaran televisi, wawancara, dan konferensi pers.
Pada tanggal 3 Februari lalu Bekti mendatangi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk meminta KPI menindaklanjuti berita yang menyebar mengenai dirinya terkait kasus pelanggaran asusila.
Baik kepada KPI maupun seluruh pers dan media, Bekti meminta untuk tidak lagi menayangkan berita mengenai dirinya karena akan merugikan pihak Bekti sebagai yang tertuduh, keluarga besarnya, dan juga pihak Gigih sendiri.
Bahkan, dalam beberapa berita dikatakan bahwa Bekti juga akan melakukan pengaduan ke dewan pers terkait pemberitaan yang ia rasa merugikan dirinya ini.
Sampai saat ini, KPI masih menyelidiki pengaduan oleh Bekti tersebut dan belum menetapkan keputusan, karena masih mempelajari dan menganalisis berita kasus pelanggaran asusila ini. KPI masih belum mengambil keputusan, salah satunya juga dikarenakan Bekti yang tidak mengetahui dan meyakini dengan pasti media mana saja yang dianggap mencemarkan nama baiknya.
Dinilai dari segi hak jawab yang diatur dalam Undang-Undang dan diberlakukan untuk seluruh masyarakat Indonesia yang merasa dirugikan oleh pemberitaan pers, Bekti sebenarnya belum menggunakan hak jawab yang dimilikinya dengan tepat dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Padahal, jika ia memang meyakini dengan pasti dan merasa dirugikan oleh pemberitaan yang beredar, Bekti dapat menggunakan hak jawab terhadap media yang ia rasa memberitakan dengan ceroboh dan merugikan pihaknya.
Hak jawab yang digunakan bisa jadi pembersihan nama kembali untuk Bekti dan keluarganya, pembentukan kembali opini masyarakat yang sebelumnya telah mengkonsumsi berita tersebut, dan juga pembuktian mengenai kredibilitas media yang memberitakan.
Kelemahan Bekti seperti yang telah dipaparkan KPI mengenai ketidak pastian nama-nama media mana saja yang memberitakan, seharusnya tidak terjadi agar hak jawab bisa digunakan dengan lancar dan semestinya. Karena hak jawab yang dimiliki warga sipil juga akan lebih menguatkan ketimbang wawancara sana sini dan berbagai konferensi pers.

Kamis, 04 Februari 2016

Hukum Etika Pers: Analisis Pemberitaan Media terhadap Kasus Mirna Salihin

Iqna Syuhada Putri
1310861014
Hukum Etika Pers - Ilmu Komunikasi Unand 2016

Polisi Australia Bongkar Informasi Penting di Kasus Mirna

Siti Ruqoyah, Bayu Nugraha Rabu, 3 Februari 2016, 12:15 WIB VIVA.co.id - Polda Metro Jaya bekerjasama dengan Australian Federal Police (AFP), menyelidiki kasus kematian Wayan Mirna Salihin (27 tahun). Hal tersebut dilakukan lantaran Mirna dan dua rekannya yaitu Jessica Kumala Wongso dan Hani pernah hidup di Australia, saat menjalani kuliah.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Mohammad Iqbal, mengatakan, kerjasama dengan polisi dari Australia mendapatkan hasil yang cukup signifikan.

Ia menuturkan, hasil yang signifikan tersebut adalah informasi untuk menguatkan alat bukti atas kasus yang sudah berjalan hampir sebulan, dengan tersangka Jessica.

"Kita sudah diberikan informasi dan sudah cukup signifikan untuk penyidik menguatkan alat bukti," kata Iqbal kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Rabu, 3 Februari 2016

Menurutnya, kerjasama yang dilakukan polisi Indonesia dengan polisi Australia adalah hal wajar untuk mengungkap suatu kasus.

"Kalau ditanya apa dan bagaimana koordinasi kami dengan kepolisian Australia, kami ini ada police to police cooperation. Kami polisi di seluruh dunia harus berkoordinasi dan bekerjasama. Begitu juga kalau ada kasus di Bali dan Jakarta yang menyangkut kewarganegaraan Australia kita bantu perkaranya," ucap dia.

Khusus untuk kasus kematian Mirna, Iqbal mengungkapkan, dilibatkannya polisi Australia karena korban, saksi maupun tersangka memiliki latar belakang pernah hidup bersama di Australia.

"Karena kami sudah mengidentifikasi semua saksi yang cukup penting. Background-nya ada di Australia. Sehingga kami ingin buat terang tindak pidana," kata Iqbal.
Dia pun mengatakan, koordinasi dengan polisi Australia masih tetap berlangsung hingga kasus ini terungkap dengan jelas.

"Saya kira mungkin ada koordinasi lagi. Baik itu ketemu atau melalui telepon," kata dia.
© VIVA.co.id


ANALISIS

Berita di atas adalah salah satu berita terbaru yang dikutip dari salah satu portal berita online yang menginformasikan mengenai kasus Mirna Salihin.
Kasus Mirna merupakan kasus pembunuhan yang beritanya menyebar di awal tahun 2016.
Kasus ini mendapat perhatian besar di Indonesia karena merupakan kasus pembunuhan pertama yang menggunakan kalium sianida, zat kimia yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia.
Pihak kepolisian merasa perlu mengusut kasus ini sampe tuntas untuk megetahui kebenaran dari kematian Mirna Salihin dan menjadikan pelajaran bagi seluruh masyarakat Indonesia, mengingat ini adalah kasus pertama pembunuhan menggunakan sianida.
Kasus ini bermula saat Mirna dan dua orang temannya Hany dan Jessica berjanji untuk bertemu di sebuah cafe.
Pada pertemuan itu, Mirna meminum secangkir kopi Vietnam dan kejang-kejang beberapa saat setelah meminumnya.
Kopi yang diminum oleh Mirna tersebut terbukti mengandung zat sianida.
Polisi telah menetapkan tersangka pembunuhan Mirna yaitu sahabat Mirna yang ikut minum kopi dengannya, Jessica.
Berdasarkan berita yang beredar di media, polisi menetapkan Jessica sebagai tersangka dan menahannya karena beberapa alasan yang dianggap janggal dan mencurigakan.
Jessica adalah orang yang pertama kali hadir di cafe, memesan minuman untuk ketiga orang, dan membayar minuman tersebut.
Penyelidikan polisi terkait kasus Mirna bisa dibilang cukup lama karena lebih dari satu bulan media terus memberitakan perkembangannya hampir setiap hari sehingga masyarakat dapat mengetahui seluk bekuk kasus pembunuhan Mirna ini.
Bahkan, pemberitaan oleh media bisa dibilang cederung berlebihan. Mengingat, Mirna dan Jessica adalah masyarakat sipil biasa dengan kedudukan yang biasa dan pengaruh yang bisa dibilang kecil terhadap negara Indonesia.
Masih banyak berita-berita yang lebih penting dan punya urgensi yang tinggi untuk disiarkan setiap hari secara lebih mendalam.
Dari segi pemberitaan pun, media terlalu menyorot Jessica secara keseluruhan dan rinci. Membuat Jessica menjadi headline dan trending topic di mana-mana sementara banyak kasus-kasus lainnya yang tertutupi.
Apapun gerak gerik dan kegiatan yang dilakukan Jessica, akan menjadi sorotan media sejak menguaknya kasus Mirna. Media bahkan menyorot kehidupan pribadi Jessica secara mendalam untuk pemberitaannya. Jauh sebelum polisi menetapkan Jessica sebagai tersangka kasus pembunuhan Mirna, media telah berhasil menggiring opini masyarakat untuk berpikir bahwa kemungkinan besar pelaku memang Jessica.
Pemberitaan dari awal sudah membuat masyarakat berpikir ke arah dan sisi Jessica sebagai tersangka karena kemasan berita yang seakan-akan hanya tertuju pada Jessica. Sementara, pada dasarnya banyak faktor lain terkait pembunuhan Mirna yang bisa diekspos dan ditelisik lebih dalam selain hanya tertuju pada Jessica dan kehidupannya.
Sekarang pun, saat Jessica sudah ditetapkan oleh polisi sebagai tersangka dan sudah berada dalam tahanan, media masih menginformasikan detail-detail mengenai kehidupan tahanan dan pribadi Jessica.
Seperti perlakuan khusus atau istimewa yang didapat oleh Jessica di tahanan, mengenai Jessica yang ternyata tidak tertarik pada lelaki Indonesia dan lebih memilih menjalin asnara dengan lelaki luar negri.
Media seharusnya mulai berhenti mengabarkan dan menyebar luaskan hanya berita mengenai kasus Mirna dan menyorot Jessica secara berlebihan dan terus menerus.
Mungkin media dapat mulai menginformsikan berita-berita lainnya dan tidak melulu mengenai kasus Mirna sampai ada perkembangan selanjutnya yang memang butuh diketahui oleh masyarakat luas. Media pun alangkah lebih baiknya bisa lebih seimbang dalam pemberitaan dan tidak menitik beratkan pada sebagian individual atau sekelompok orang saja, agar masyarakat secara umumpun dapat melihat dari berbagai sisi dengan sudut pandang pemberitaan oleh pers yang beragam dan tidak memihak.

Rabu, 27 Januari 2016

Pengagum Raha(sia2)mu

Bagiku, yang tidak suka paham pragmatisme tapi suka mengklasifikasikan segala hal, ada perbedaan besar antara suka, butuh, kagum, sayang, dan cinta.
dalam kasusmu, sampai detik ini masih kugolongkan sebagai rasa kagum.
tapi sepertinya untukmu selalu ada pengecualian.
kagumku penuh rasa lainnya. tak terjelaskan aksara tapi tak tersentuh ragu.
aku orang yang sangat mudah jera. tapi untuk setiap kegagalan yang menyangkut kamu, jeraku tak sudi muncul.
aku mencintai zona nyamanku lebih besar dari kecintaanku pada tantangan dan resiko. tapi untuk segala hambatan menyangkut kamu, kadang egoku luruh saja.
bagaimana kalau kita biarkan saja tetap begini? aku tidak butuh jadi siapa dalam apamu.
yang penting kamu tahu, aku ada untukmu.
itu sudah lebih dari cukup.

di sudut ruang kotak, andalas.
untuk kesekian kalinya, masih mengagumimu.

Sabtu, 23 Januari 2016

Adore, Admiring. (2)

selamat pagi, bung.
apa hari ini masih sama seperti hari-hari sebelumnya di mana keberadaanku masih tak terlacak dalam lembar jurnal hidupmu?
atau apa hari ini ternyata lebih parah lagi?
aku ingin memberi saran, kalau bisa, singgahlah sebentar saja. aku tidak memaksa, hanya saja supaya kita sama-sama jera.
jera mempercayakan persepsi pada spekulasi tanpa bukti.
aku tidak pernah membencimu, hey. aku bahkan sudah begitu lama jadi seseorang yang selalu menganggap mendukungmu adalah hal yang melegakan dan menyenangkan meskipun kamu tidak pernah tahu.
lalu dari mana munculnya, bung?
bagaimana harus kumulai lagi langkah yang sudah kepalang mundur, agar bisa sebentar saja kamu singgah membandingkan beda.
aku tidak pernah membencimu, hey. sedetikpun tidak pernah terlintas. niatan saja tak ada.
sekarang ini, boro-boro membayangkan berjalan santai ke arahmu dan berkata mengenai segala kemungkinan, aku memilih mundur tanpa memberi tahumu benar yang selalu kamu tolak untuk dengar dan rasakan.

aku masih mengagumimu, dengan situasimu yang menganggapku membencimu. tolonglah jangan jadi mereka. jangan jadi lucu, bung.