About Me :)

Foto saya
Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia
enthusiastic planner idealist observer adabtable easy going perfectionist melancholic

Rabu, 02 Maret 2016

Hukum Etika Pers: Analisis Pelanggaran Etika Pers dalam Film "Mad City"



Mad City adalah film bergenre komedi pada tahun 1997. Film ini bercerita tentang seorang wartawan televisi yang mencari berita di sebuah museum sejarah alam. Berita yang didapatkan oleh wartawan tersebut dinilai membosankan dan tidak menarik karena membahas mengenai defisit anggaran museum sehingga museum tersebut harus memecat beberapa karyawan.
Setelah mewawancarai salah seorang petinggi yang bekerja di museum, wartawan tersebut yang bernama Max, mendapati dirinya mengintip percakapan antara Sam, salah seorang karyawan museum yang sudah dipecat dengan Mrs. Banks, orang yang tadi ia wawancarai. Sam diusir oleh Mrs. Banks yang tidak ingin berbicara lagi dengannya. Sam yang masih ingin berbicara dan meminta kembali dipekerjakan ternyata membawa senapan. Mrs. Banks tidak percaya karena selama ini mengenal Sam adalah orang yang bai, namun Sam tidak sengaja menembakkan senapannya dan mengenai salah seorang temannya yang juga pekerja museum tersebut.
Sang wartawan televisi Max melihat kesempatan tersebut sebagai kesempatan yang bagus baginya untuk mendapatkan berita. Dengan memanfaatkan Sam yang baik hati dan polos, Max membuat sebuah kasus penyanderaan di museum tersebut dan mendramatisir keadaan dengan mempengaruhi Sam untuk meminta banyak hal seperti uang dan sebagainya. Sementara yang diinginkan Sam hanyalah agar ia mendapatkan pekerjaannya kembali karena ia ingin membahagiakan istri dan dua orang anaknya.
Cerita ini berakhir dengan meninggalnya Sam, mantan pegawai museum yang meminta kembali pekerjaan, dengan cara bunuh diri di dalam museum menggunakan granat. Di akhir cerita Max mengeluarkan sebuah kalimat yang mengatakan bahwa medialah yang sebenarnya membunuh Sam.
Terdapat banyak contoh pelanggaran etika pers yang terjadi dalam film Mad City. Di antaranya adalah pertama adanya responden yang dibayar palsu yang mengaku di hadapan media sebagai teman dekat Sam, pada saat kasus penyanderaan di museum mencuat. Padahal faktanya Sam sama sekali tidak mengenal orang tersebut yang mengaku sebagai teman dekatnya dan mengenal dirinya. Orang tersebut dibayar untuk bersaksi di depan media dan membentuk opini publik yang saat itu menganggap Sam adalah orang yang baik, berbalik menjadi Sam adalah orang yang tega dan kasar.
Kedua, etika privasi narasumber yang dilanggar di mana Cliff, teman Sam yang bekerja di museum yang sama yang secara tidak sengaja terkena tembakan senapan Sam diliput secara sembunyi-sembunyi  saat sedang dirawat di rumah sakit. Media mengambil gambar Cliff tanpa diketahui oleh pasien lewat jendela dan tidak meminta ijin kepada pasien terlebih dahulu.
Ketiga, media kemudian melakukan sebuah penawaran kepada Cliff yang masih terbaring sebagai pasien di rumah sakit untuk mau diwawancarai dengan diberikan sejumlah uang oleh media. Keempat,  pengambilan sudut berita yang menyesatkan publik. Dalam film ini media membelokkan berita ke hal-hal yang tidak benar dan tidak berkaitan dengan permasalahan Sam dan museum, tapi malah hal-hal lainnya. Seperti penggelapan dana pensiun di salah satu bank, dan politisasi dengan kasus-kasus lain yang sedang berkembang saat itu dalam film tersebut.
Kelima, terjadinya persaingan antar media dan antar reporter setelah kemudian berita ini mencuat menjadi berita internasional. Kevin, seorang reporter saingan Max dari media lain yang mendapatkan tekanan dan berkeinginan menaikkan rating kemudian mengambil rekaman jejak pendapat masyarakat mengenai Sam dan mengeditnya sehingga voting terhadap Sam menjadi berbalik arah dari menganggap Sam sebagai orang yang baik menjadi sebaliknya sehingga voting berbalik arah dan kembali mengacaukan dan mengubah opini masyarakat.
Keenam, persaingan antar media akhirnya menjadi sangat ketat dan pemberitaan menjadi tak lagi memperhatikan asas praduga tak bersalah, tidak memikirkan dan melaksanakan prinsip penyajian yang adil, jujur, dan berimbang. Hal yang paling jelas dalam film ini adalah tidak dipergunakan dan tidak diperhitungkannya lagi hati nurani dalam setiap pembuatan berita mengenai Sam dan keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar