Mad City adalah film bergenre komedi pada tahun 1997. Film ini
bercerita tentang seorang wartawan televisi yang mencari berita di sebuah
museum sejarah alam. Berita yang didapatkan oleh wartawan tersebut dinilai
membosankan dan tidak menarik karena membahas mengenai defisit anggaran museum
sehingga museum tersebut harus memecat beberapa karyawan.
Setelah mewawancarai
salah seorang petinggi yang bekerja di museum, wartawan tersebut yang bernama
Max, mendapati dirinya mengintip percakapan antara Sam, salah seorang karyawan
museum yang sudah dipecat dengan Mrs. Banks, orang yang tadi ia wawancarai. Sam diusir oleh Mrs. Banks yang tidak ingin berbicara lagi
dengannya. Sam yang masih ingin berbicara dan meminta kembali dipekerjakan
ternyata membawa senapan. Mrs. Banks tidak percaya karena selama ini mengenal
Sam adalah orang yang bai, namun Sam tidak sengaja menembakkan senapannya dan
mengenai salah seorang temannya yang juga pekerja museum tersebut.
Sang wartawan televisi Max melihat kesempatan tersebut sebagai
kesempatan yang bagus baginya untuk mendapatkan berita. Dengan memanfaatkan Sam
yang baik hati dan polos, Max membuat sebuah kasus penyanderaan di museum
tersebut dan mendramatisir keadaan dengan mempengaruhi Sam untuk meminta banyak
hal seperti uang dan sebagainya. Sementara yang diinginkan Sam hanyalah agar ia
mendapatkan pekerjaannya kembali karena ia ingin membahagiakan istri dan dua
orang anaknya.
Cerita ini berakhir dengan meninggalnya Sam, mantan pegawai
museum yang meminta kembali pekerjaan, dengan cara bunuh diri di dalam museum
menggunakan granat. Di akhir cerita Max mengeluarkan sebuah kalimat yang
mengatakan bahwa medialah yang sebenarnya membunuh Sam.
Terdapat banyak contoh pelanggaran etika pers yang terjadi
dalam film Mad City. Di antaranya adalah pertama adanya responden yang dibayar
palsu yang mengaku di hadapan media sebagai teman dekat Sam, pada saat kasus
penyanderaan di museum mencuat. Padahal faktanya Sam sama sekali tidak mengenal
orang tersebut yang mengaku sebagai teman dekatnya dan mengenal dirinya. Orang tersebut
dibayar untuk bersaksi di depan media dan membentuk opini publik yang saat itu
menganggap Sam adalah orang yang baik, berbalik menjadi Sam adalah orang yang
tega dan kasar.
Kedua, etika privasi narasumber yang dilanggar di mana
Cliff, teman Sam yang bekerja di museum yang sama yang secara tidak sengaja
terkena tembakan senapan Sam diliput secara sembunyi-sembunyi saat sedang dirawat di rumah sakit. Media mengambil
gambar Cliff tanpa diketahui oleh pasien lewat jendela dan tidak meminta ijin
kepada pasien terlebih dahulu.
Ketiga, media kemudian melakukan sebuah penawaran kepada
Cliff yang masih terbaring sebagai pasien di rumah sakit untuk mau diwawancarai
dengan diberikan sejumlah uang oleh media. Keempat, pengambilan sudut berita yang menyesatkan
publik. Dalam film ini media membelokkan berita ke hal-hal yang tidak benar dan
tidak berkaitan dengan permasalahan Sam dan museum, tapi malah hal-hal lainnya.
Seperti penggelapan dana pensiun di salah satu bank, dan politisasi dengan
kasus-kasus lain yang sedang berkembang saat itu dalam film tersebut.
Kelima, terjadinya persaingan antar media dan antar reporter
setelah kemudian berita ini mencuat menjadi berita internasional. Kevin,
seorang reporter saingan Max dari media lain yang mendapatkan tekanan dan
berkeinginan menaikkan rating kemudian mengambil rekaman jejak pendapat
masyarakat mengenai Sam dan mengeditnya sehingga voting terhadap Sam menjadi
berbalik arah dari menganggap Sam sebagai orang yang baik menjadi sebaliknya
sehingga voting berbalik arah dan kembali mengacaukan dan mengubah opini
masyarakat.
Keenam, persaingan antar media akhirnya menjadi sangat ketat
dan pemberitaan menjadi tak lagi memperhatikan asas praduga tak bersalah, tidak
memikirkan dan melaksanakan prinsip penyajian yang adil, jujur, dan berimbang. Hal
yang paling jelas dalam film ini adalah tidak dipergunakan dan tidak
diperhitungkannya lagi hati nurani dalam setiap pembuatan berita mengenai Sam
dan keluarganya.