About Me :)

Foto saya
Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia
enthusiastic planner idealist observer adabtable easy going perfectionist melancholic

Minggu, 17 November 2019

Blabbing

i'm always that one person that's saying human relationship is weird. there is of course lots of reason to that saying. one of them is how people labelled me as a "friendly" person. there's a big pressure and expectations in there, bud. to be honest, i never really liked it. a colleague once told me i got what she called "human magnet" 'cause everyone always willingly feels like speaking to me, they never hesitate to be the one to speak first if it's with me. i admit that because it is valid. but in a way, i never like how it sounds. because with impression comes expectation and with expectation comes demand. that's where things most probably starts to get ugly.

i never really like label. i don't remember exactly since when did i start to have that way of thinking, but as long as i recall, it does more bad than good deeds. there is a simple explanation to that with an example that i encountered many times. when people have an assumption of you, regardless where they got it from, let's say it's your first impression in their eyes, or how you've been described by others, or how they observed how you behaved, or anything else, they tend to expect you'll act according to it and have built a perception of how you should act in any form possible. the truth is it's odd. just because you know me and see me as a friendly person it doesn't mean that it's true. i know it's super naive for me to think or even hoping everyone could understand this somehow. but life is all about hope don't you agree?

like what i'm always blabbing in every platform i have, you don't know people. you just don't. whatever it is that you think you know, sometimes you just don't. i think there will always be a part in me that hoping everyone, or at least, my closest people, internalise that idea and mean it. i always believe that hope is one of the most important thing in life that keeps you alive. so i can say that me myself will always hold on to that one. in a world when you can manipulate everything, being open to every possibility is they key, for me. i think there is more than enough to agree to what we know today is possibly no longer there tomorrow. so just because you think you know someone, it doesn't mean you know them.

i don't know why i spend so many time for spreading this. it could be my kind of defence-mechanism. maybe this is how i thought the best way to spare you and me from getting hurt or hurt others. maybe i just feel like i want to and no meaning at all, or maybe it's just a form of me feeding my own ego. bye all, i mean whoever read this not-so-important post. be kind always.

Minggu, 10 November 2019

vulnerable, what do you say?

a piece i made yet never get to share, in a one not-so quiet afternoon in Menara 1 Sentrum Kuala Lumpur.
wrote in August 13th, 2019 at 4.52 PM.

But Orion says sad people just can't fix sad people. And i believe that with every inch of me. The first time i read that words, it goes directly through my cells. I feel like it's the truest truth most people afraid to admit. We as human tend to be united with another person that have lots of similarities with us. it's just like something you don't need any effort on, happens naturally sometimes you don't even realise it when it's gone.

We get along together with other person who got the same things. Many things. Any things possible. For me personally, the same scar is, most of the time, the ultimate deal. When you get hurt, many things changed. You're not the same person anymore. You could never be. Many values possibly changed. Hence you might be ended up not knowing yourself anymore. Sharing that with someone, being as vulnerable together, it is priceless.

You finally find comfort when you share the hurt, the scar, the trust issue, the fragile faith, the insecurities. I even many times don't know how or what to answer whenever people ask me what is the thing i'm afraid the most in this world. But when you got the answer, you finally feel like you can answer it, and that answer is someone, a person, or could be more, man that is what you should pursue.

A something that changes many things. Maybe you would not know for quiet a while, but believe me when you do, you don't want that feeling, that situation, that person, to just go away, just like that. They are becoming the only person you would wanna hold so tight.

Kamis, 08 Agustus 2019

Honestly At Work

Pada udara kering yang memperparah rasa ingin bermalas-malasan, dia merutuki berbagai keputusan yang masih membuatnya ragu dan kadang ingin berhenti saja. Berhenti dari banyak hal. Tidak, berhenti dari hampir semua hal yang pada saat ini melingkupinya.

Dia merasa ada yang tidak benar saat ini, ada yang tidak seharusnya begini. Seorang teman baik pernah mengingatkannya, hidup tidak seharusnya sesulit ini, tidak seharusnya sepelik yang mereka rasakan sedang mereka hadapi. Lagipula, namanya hidup. Maka harus dijalani, tidak bisa dilewati begitu saja, tentu.

Dia ingin menyetujui, ingin menghempaskan saja segala sesuatu yang terpaut padanya dan dunianya, kemudian hidup seperti aliran air sungai. Sayangnya, tidak semudah itu. Banyak hal yang harus kembali dipikirkannya, dibuatnya, dirutukinya, dan akan terus berulang mungkin saja.

Sepertinya ia butuh rehat, tapi tidak ada yang namanya rehat dari kehidupan, kan?
Kadang, dia merasa tidak paham pada apa yang berkali-kali sudah dikuasainya. Dia yang tidak pernah mau berserah pada satu kemungkinan saja, ada banyak sekali nilai yang dilekatkan padanya bahkan tanpa ia berkata mengiyakan.

Lalu belum lagi dia harus mempertimbangkan banyak pihak yang tidak pernah tahu atau tidak pernah mau tahu kalau banyak nilai yang tidak bisa disamakan.
Dia kemudian merasa lelah.

Selasa, 19 Maret 2019

Been a While!

Kuala Lumpur cerah pagi ini. Mungkin saja di luar panas, tapi dari lantai 16 jendela kamarku, aku bisa merasakan hari yang baik dan menyenangkan untuk memulai aktivitas.
Aku tidak bisa bilang kalau Kuala Lumpur sangat indah sampai aku ingin bertahan lama, karena hatiku masih saja seringkali ingin dibawa pulang ke kampung halaman.
Aku masih belum menstruasi, which is mengganggu pikiranku karena bulan lalu di tanggal 14. Seminggu belakangan aku sudah menangis cukup sering, itu salah satu penyebabnya.

My hormones could fuck me up easily at this time of days.
Aku memang seperti itu, kalau PMS aku bisa nangis seharian, bahkan hanya karena hal-hal kecil dan sederhana mungkin, seperti Jonathan yang terlalu tampan di episode Queer Eye yang sedang kutonton, misalnnya.
Aku sedang bingung, ragu memutuskan untuk tidur lagi atau mau beres-beres saja untuk berangkat kerja.
Tapi aku juga sakit perut, tidak tahu karena alasan yang mana, yang jelas rasanya malas sekali.

Di samping semuanya, akhirnya aku malah memutuskan menulis di sini ngalor-ngidul.
Sudah lama sekali rasanya aku tidak membebaskan jari-jariku menulis seperti ini.
Tanpa konsep, tanpa rencana, tanpa aturan, hanya menulis saja karena malas dealing dengan sakit perut dan berbagai hal lainnya. hahaha.
Aku harus lebih rajin menulis, sih. Ini jelas-jelas sangat membantuku rileks dan lebih zen.
Sekarang aku selalu pakai kata zen supaya bisa lebih chill menjalani hidup yang cukup keras di bisnis yang dimiliki perusahaan yang mempekerjankanku di Kuala Lumpur ini.
Hidup memang penuh dengan banyak surprise.

Untukmu, sincerely.

Minggu, 3 Maret 2019

"sepertinya lucu adalah aku yang memandangi gambarmu dalam ragu"

Ternyata masih punya kemampuan untuk menulis kalimat-kalimat sendu. Aku kemudian memutuskan meletakkannya dulu di Twitter karena aku tahu akan segera lupa.

Kalimat itu hadir setelah melihat fotomu, memicuku sangat kuat mengomentarinya, tapi tidak kulakukan karena satu dan banyak alasan lainnya.

Salah satunya, karena aku masih merasa kamu belum benar-benar bilang apa yang kamu rasa waktu aku bertanya terakhir kali.
Aku masih belum sepenuhnya menerima bagaimana kita berakhir dengan tidak cukup baik-baik saja, tapi masih selalu mencoba.

Aku bukannya tidak merelakanmu. Hanya saja, bagaimana kita berawal terlalu jauh dari bagaimana saat ini berjalan.

Aku rasa kamu menganggapku sangat egois, kamu mungkin lelah denganku yang tidak semahirmu dalam menggunakan kata-kata untuk segala penjelasan.
Aku hanya ingin kamu tahu, aku masih dan akan selalu mendoakan segala kebaikan untukmu, insya Allah, apa pun yang terjadi.

Meskipun banyak kalimatku sudah kuberikan padamu di hari itu, kamu harus tahu masih ada begitu banyak wujudnya yang belum terjamah tangan dan matamu.

Semoga, akan ada hari di mana kita bisa duduk berdua, minum kopi, mendengarkan Sisir Tanah atau Fourtwnty, sambil bercerita tentang apa saja yang kita lewatkan kala berjauhan, setelah tak saling menyapa dan bertatap muka.

Sehat-sehatlah selalu, Da.

Sabtu, 12 Mei 2018

Masih

aku baru saja berencana mengirim pesan padamu. sudah selesai kuketik, kemudian kuhapus semua.
tidak jadi.
aku tidak tahu kenapa harus tidak jadi dikirim tapi aku melakukannya. kamu tahu tidak, banyak yang aku tidak tahu menyangkut kamu tapi tetap saja kulakukan?
tentang sosokmu juga masih banyak rasanya yang tidak kutahu. tapi toh aku sudah jatuh cinta.
aku juga tidak tahu kenapa bisa.
tadi ada yang mengirimiku gambarmu. di sana matamu terpejam. mungkin tidak sengaja. karena yang mengambil juga tidak ijin terlebih dahulu padamu, kurasa.
aku tentu saja senang melihat dan mengetahui gambar sosokmu yang terbaru, tapi aku tidak suka rinduku diusik lagi.
rasanya aneh sekali. karena aku rasa kamu tidak pernah ada masalah dengan itu. tapi aku justru tidak suka.
aku ingin kamu mengerti dan melakukan. tapi kita sedang ada di situasi dimana membuatmu mengerti saja sepertinya akan sulit dan lama.
aku sangat ingin mendengar suaramu saat ini. juga melihat wajahmu. bukan dari kiriman orang lain. aku ingin melihat wajahmu sekaligus mendengar suaramu.
aku rindu sekali.
aku ingin dengar tentang harimu. tentang semua yang kamu alami selagi jauh dariku.
aku ingin menyampaikan juga tentang hariku selama jauh darimu. kamu tahu? ini tidak enak.
kamu tidak di sini. tidak ada di dalam apa yang ingin kusampaikan.
walaupun sebenarnya wajar, karena kalau kamu ada di sini dan melengkapi apa yang ingin kusampaikan, tentu saja aku tidak perlu menyampaikannya padamu lagi.
aku bingung harus bagaimana.
banyak ragu yang singgah bergantian sejak kamu di sana.
aku hanya ingin tidak sesulit ini untuk bertahan.
kamu akan bagaimana ya, kalau aku bilang aku sudah tidak tahan?
aku sepertinya benar-benar akan kembali mengetik pesan itu untukmu lalu mengirimnya.
apa akan langsung kamu balas? atau kamu akan langsung menelponku? atau kamu tidak mau balas lalu melanjutkan mengabaikanku meskipun kamupun sudah tidak karuan menahan rindu?
kita ini sebenarnya sedang apa?
tolong beritahu aku karena rasanya semakin buram saja.

Senin, 07 Mei 2018

Rindu

waktu itu, senyummu membuatku ikut tersenyum untuk waktu yang lama. aku tidak pernah menyangka kemudian ada hari di mana senyum berganti jadi air mata.
waktu itu, kamu masih kemungkinan dengan banyak kata tidak. aku tidak pernah menyangka kemudian berbagai kisahku diisi paling banyak oleh sosokmu.

aku masih ingat bagaimana bingung dan tanyaku muncul padamu yang tiba-tiba di hadapanku. tapi bingung dan tanya tidak bertahan lama karena dengan segera teralihkan pada mata dan tawamu.
kita kemudian melakukan beberapa hal dengan berulang tanpa rencana. aku lebih sering di sebelahmu dan kamu lebih sering lagi membuatku tersipu.
aku rasa aku terlalu sering di sebelahmu sampai tidak tahu lagi rasanya kalau tidak. tapi aku mau itu dan semua yang ada padamu.

di awal pagi ini aku kembali mengingat senyummu, hobimu menaikkan alis yang selalu kubantah, wajah pura-pura sombong dan tidak peduli-mu, tawamu dengan banyak rupa dan makna, juga tatapanmu yang membuaiku selalu.

aku mengingatmu masih sangat sering di siang hari dan lebih sering lagi di malam hari. berat sekali rasanya untuk tidak memulai merangkai kata menyapamu yang ada di sana.
aku ingin sekali mendengar suara yang dengan sangat mudah membuatku lelap dengan nyenyak. yang bernyanyi dan berpuisi dengan hangat membuatku selalu terpikat.

aku sudah mendoakanmu tadi, akan terus kulakukan, lagi dan lagi, semoga.
apa aku sudah pernah bilang, aku tidak pernah suka kata terakhir dan berubah?
aku tahu dan mengerti tapi masih sering merutuki. aku ingin mendekapmu saat ini. tanpa berkata apa-apa. hanya dalam dekapmu. itu saja.

Jumat, 08 Desember 2017

Coba Jadi Aku, Aku Jadi Dia

Curhatan berikut ini terinspirasi dari seorang teman yang pernah membuatku senyum-senyum sendiri tapi juga meringis karena jijik. Hahahaha.

You guys pasti setuju denganku soal yang satu ini: college life changes you a lot, significantly.
Yep. Karena fase mana saja dalam hidup kita tentu saja mengubah kita kan. Entah dari sisi apa saja. Untuk kuliah, dampaknya berbeda. Aku paham kalau tidak semua hal bisa digeneralisasikan, tapi help me guys by admit that perubahan yang kita alami di bangku perkuliahan itu "kind of unexplainable"?
Aku sendiri, ngerasa college life-ku naik turun. Which is ngga begitu baik dalam pandangan secara umum karena katanya manusia harus punya grafik menanjak dalam menjalani hidup kan?

Semester pertama. Membenci Padang dengan sangat, menganggap diri terdampar di tampat yang tidak seharusnya. culture shock, merasa senior itu semena-mena (hahahaha), memupuk niat untuk jadi manusia paling apatis dengan menyelesaikan kuliah secepat mungkin tanpa bersosialisasi (ya, aku juga bingung apa aku ini extrovert jadi-jadian), berniat tidak ikut kegiatan orientasi apapun, tidak peduli mau punya teman atau tidak karena menganggap teman di kos-kosan sudah lebih dari cukup. YA TUHAN kalau aku terusin aku sendiri yang bakal eneg, jadi sekian aja bocorannya.
Intinya, college life-ku diawali dengan "hidup segan mati tak mau". Aku pengen ketawa abis nulis ini. Aku masuk kuliah itu Agustus, YOU KNOW WHAT Septembernya aku sudah daftar organisasi, dong. Yang lingkupnya seuniversitas, pula. So much for tidak bersosialisasi (emoticon yang asap keluar dari idung). Singkat cerita aku diterima kan, terus ternyata organisasinya seru abis, FYI namanya AIESEC, kalau ngga tahu browsing aja (wuahah teteuuuup). Terus aku jadinya ikutan acara camping jurusanku ya semacam ospek juga namanya COFFEE (Communication Fun Family Everlasting Event) gela yaa namanya beraaat..beraaat. Aku join himpunan jurusanku di tahun kedua, tidak perlu dijelaskan lah yaa karena rata-rata kampus di Indonesia punya himpunan. 
Singkat cerita lagi, aku end up cukup aktif di kampus, sampai Ayahku pernah marah karena katanya anak gadisnya ngga pulang-pulang. Ya benar, itu memang Ayahku saja yang lebay, maklum aku anak pertama. Perempuan, pula! (eww seksis bitch, shut up) hahaha.
Jadi, yaa gitu. Aku jadinya cukup aktif, di jurusan, di tingkat fakultas, di tingkat univ, oiya aku jadi paling senang bergaul sama senior, lalu aku jadi akrab sama dosen-dosen karena aku selalu nanya pas diskusi, yaa gitu deh pokoknya. 
Terus aku pensiun dari semua organisasi bisa dibilang cukup dini karena masa jabatanku udah abis. Awal apa pertengahan 2016 (semester 6) aku free dari semua organisasi. 
Sekarang aku semester 9 dan merasa tua dan sudah harus hengkang dari kampus.

Naaaahhh.. balik ke cerita seorang teman tadi. Maaf mukhadimah-nya panjang bener. Tapi biar alurnya asik sekalian aku pamer.

Dia benar-benar ngga ikut organisasi apa pun sejauh yang aku tahu dan perhatiin. Dia kuliah aja ogah-ogahan. Bikin tugas selalu, tapi minta bikinin atau nyontek bikinan orang lain.
Sekarang, di semester 9 ini, dia benar-benar melejit. Dimulai dari semester 7 sepertinya. Semua junior ngga ada yang ngga kenal dia. Senior pada mulai muji-muji dia, semua medsosnya dibikin rapih, Orang-orang mulai suka dan senang setiap ada dia, bahkan apapun kegiatan yang diadain di kampus, dia adalah orang yang pertama tahu dan bakal ngasih tahu ke yang lain, yang aku pribadi bahkan terkadang sudah ngga mau tahu.
Dia mulai ngomongin hal-hal yang seru setiap ada percakapan, kaya dari yang biasanya ngomongin artis Indonesia terus sekarang ngomongnya world peace, agenda setting, gimana media yang bisa memalsukan segala hal yang kemudian dipercaya oleh publik sebagai kebenaran, yang aku pribadi lagi-lagi, kadang sudah bosan dan malas jadi kembali ngga mau tahu.

Aku terus mulai judging dong, sendirian, di dalam hati, tapi ya tetap saja. Dasar kacangberuntung!
Ini orang kenapa yaa, ngapain sih, telat banget, hahaha norak itu udah dari kapan, apaan sih ini dia, ih gini doang dia bangga, dan berbagai macam kalimat kacangberuntung lainnya.

Aku ngga begitu ingat trigger-nya apa, tapi yang jelas, aku jadi lebih positif dan melihat dia sebagai teman yang berhasil membuat grafiknya mendaki. Lalu memangnya kenapa kalau dia baru memutuskan untuk melakukan semua yang kulakukan di tahun-tahun awal di tahun-tahun akhirnya? Justru mungkin itu yang bakal bikin dia ninggalin kesan yang baik sebelum ninggalin college. Itu kebanggaan untuknya terus kenapa aku yang harus sewot?
Setiap orang punya path yang pasti beda, tapi kadang sebagai manusia emang susaaaaaaah sekali mengingat yang simple-simple seperti mind your own business. Padahal teman berkembang, tapi fokusku di beberapa waktu lalu malah soal keterlambatannya melakukan semua itu. Yang padahal bukan lahanku sama sekali.
Aku bersyukur semua negativity yang kupikirkan dan kulontarkan soal dia cuma kubagi dengan diriku terus aku sadar dan damai lagi dengan diriku. Tapi karena sekarang aku sadar jadi aku bagi-bagi :3
Sesederhana seorang teman terkadang kamu dapetin life lesson  yang priceless dan ngga diajarkan di sekolah manapun. Bahwa segala sesuatunya sudah punya jalannya masing-masing.

Untuk temanku, semoga kamu tetap energic dan menebar kebaikan, yaa!
Untuk diriku, ayo terus belajar<3
Untuk yang membaca, semoga pesanku sampai ke hati dan pikiranmu!

Senin, 04 Desember 2017

hold on, EVERYONE IS ANXIOUS.

Kenyataannya, hidup memang akan selalu dihadapkan pada masalah. Sesuai janji Tuhan-ku, tidak ada masalah yang tidak selesai. Dan tidak ada masalah yang melebihi kemampuan kita. He designed it already.
Sebagai manusia, yang adalah makhluk sosial, kita disediakan pilihan untuk berbagi. Berbagi hal apapun. Termasuk masalah. Beban, paranoid, ketakutan, apapun itu bentuknya. Disebut pilihan karena kita bisa melakukannya atau mengabaikannya saja.

Aku pengen cerita. 

Aku ngga punya pengetahuan yang begitu dalam tentang kesehatan, apalagi kesehatan mental. Tapi setidaknya i'm always open to new things, basically everything. I love to learn.
Aku ngga begitu yakin apa memang state of mental punya hubungan dengan fase hidup dan usia. Tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda di usia 21 tahun ini. Kalau menurutku, aku jadi lebih lemah. Fragile, bisa dibilang.
Aku sedang dalam fase menyelesaikan studi S1. Skripsiku sudah selesai, sudah sejak akhir Agustus. Aku sudah mendapatkan tanda tangan persetujuan dari dosen pembimbing 1-ku pada awal September. Seperti yang kita tahu, kalau sudah ada tanda tangan itu, kamu bisa sidang skripsi, lalu mendapatkan gelar, lalu wisuda, dan lulus dari pendidikanmu di kuliah.
Di jurusanku, masing-masing mendapatkan 2 orang dosen pembimbing. Nah, aku belum mendapatkan tanda tangan persetujuan untuk sidang itu dari dosen pembimbing 2-ku hingga saat ini.
Aku mungkin tahu apa yang ada di pikiranmu saat membaca ini. Mungkin juga tidak.

Singkat cerita, saat itu aku merasa benar-benar lelah. Bukan physically, tentunya. Aku di kamar kos temanku dan sudah siap-siap mau me time. (Ngomong-ngomong soal me time, percayalah guys, kalian membutuhkannya, sangat.) Aku ingin berangkat jam 12 tapi at the time masih jam 11.15. Aku ingat sekali karena aku terbiasa ngecek jam lebih sering kalau mau bepergian.
Saat sedang bersantai menunggu waktu, pandanganku jatuh ke map yang isinya draft skripsiku. Aku membukanya, membacanya sekilas. Ada perasaan aneh yang terasa.
Dadaku sesak. Sesak sekali. Pertama kalinya aku merasakan seperti itu. Air mataku mengalir. Perlahan lalu makin deras, aku terisak. Dadaku makin sakit. Aku menangis lebih keras.
Terus aku ngaca. Ngga ada pikiran apapun yang ada di benakku pada saat di hadapan cermin itu selain menyalahkan dan merutuki diriku sendiri. Berbagai pikiran buruk masuk dengan mudah dan aku melampiaskan semuanya ke diriku sendiri.
Aku ingin berhenti nangis karena rasanya ngga enak, tapi aku ngga belum bisa. (Aturan nomor satu untuk deal with your mellow-pessimist-dramatic ass, jangan pernah bilang tidak. Kita bisa lakuin apapun). Terus aku duduk supaya bisa lebih tenang. Aku nangis. Aku biarin air mataku ngalir sebanyak yang bisa melegakan.
Jam 11.50, aku berhenti nangis. Sesak napasnya berhenti. Berhenti begitu saja. Rasanya masih berat tapi sedikit lebih plong dari sebelum nangis. Aku cuci muka, siap-siap lagi, kemudian lanjut berangkat me time.

Pada saat itu, aku punya beberapa pilihan. Aku bisa membatalkan apapun itu rencana yang sudah kususun dan tidur saja menenangkan diri. Atau aku bisa membatalkan dan pergi ke kos temanku yang ada dia di sana dan bisa ngobrol dengannya. Atau aku bisa langsung saja pulang ke kotaku, ke rumahku. Dan beberapa pilihan lainnya.
Aku memilih melepaskan semuanya, beban atau pressure atau apapun itu yang kurasakan saat menyentuh skripsi, aku memilih meluapkannya pada tangisan lalu kemudian berdamai dan move on.
Aku ngga bilang apa yang aku lakukan itu yang terbaik. Kalian selalu punya pilihan. Selalu. Please, nangis kejer sendirian selama hampir satu jam itu aneh banget. Tapi at least aku tahu cara berkomunikasi dengan diriku.
Aku tahu apa yang kubutuhkan dan aku bisa memilih. Karena setelah itu aku senang banget. Aku ke mall, lalu cuci mata lihat-lihat baju-baju dan sweater yang lucu-lucu, nonton sendirian di bioskop dan discovered film Indonesia kesukaanku untuk tahun ini, aku pulang ke kos temanku dengan santai, mengendarai motor dengan senyuman.

SRSLY guys, everybody has their own anxiety. Everyone got their own problem. Ngga ada yang lebih berat, lebih menyedihkan, lebih menderita. Yang namanya masalah ya masalah. Muncul as ujian buat kita sebagai manusia. Aku cuma mau bilang bahwa kita pasti tahu paling baik tentang diri kita sendiri, apa yang kita mau dan apa yang kita butuh.
It's super okay to grieve, it's okay to be sad, but everything has it's time. Kita semua cuma perlu latihan lebih banyak untuk tahu batas :)